SELAMAT DATANG!


Blog ini menyajikan Panduan, Skenario dan Langkah-Langkah Praktis dalam melakukan Transformasi Organisasi Bisnis maupun Publik - termasuk Reformasi Birokrasi - menuju Organisasi Berkelas Dunia

Selamat Menikmati..!

Perubahan MENDASAR, STRATEGIK dan MENYELURUH

Proses metamorphosis sebagaimana dialami ulat menjadi kupu-kupu atau kecebong menjadi katak tidak cukup diwadahi dengan istilah perubahan saja. Perubahan yang meliputi segala aspek tersebut (juga bagi sebuah organisasi) lebih tepat disebut sebagai transformasi, yang mengandung makna pergantian antar wujud, dari wujud yang satu menjadi wujud yang sama sekali berbeda. Wujud disini mengandung pengertian tidak sekadar bentuk fisiknya saja tetapi termasuk juga ‘roh’ dan cara hidupnya. Sebagai misal, seekor anak kerbau yang berubah menjadi kerbau dewasa tidaklah dapat dikatakan sebagai transformasi.

Terkait dengan itu, perubahan transformasional pada sebuah organisasi didefinisikan sebagai proses perubahan yang besifat mendasar, strategik dan menyeluruh.

Perubahan yang mendasar diartikan sebagai perubahan struktur yang tidak dapat kembali ke bentuk semula lagi. Dalam ilmu sains diibaratkan dengan perubahan kimia, yang dibedakan dari perubahan fisika yang dapat kembali ke bentuk semula. Perubahan ini berarti menghapus masa lalu, mengubur jauh jejaknya kemudian membangun yang benar-benar baru, brand new, sama sekali baru. Disini analoginya tidak memodifikasi rumah melainkan merobohkannya lalu membangun yang baru, yang tentu diharapkan menjadi jauh lebih bagus. Pada sebuah organisasi, perubahan mendasar ditandai dengan perubahan tata nilai atau values dari organisasi yang bersangkutan, yang menjadi pondasi bagi strategi utama dan budaya kerja organisasi.

Adapun perubahan strategik diartikan sebagai perubahan yang menyangkut visi, dan misi baru organisasi. Dalam metafora proses metamorphosis kupu-kupu, analogikan dengan perubahan sifat ulat yang semula merusak karena memakan dedaunan, menjadi kupu-kupu yang berguna karena memberi keindahan dan membantu penyerbukan tanaman. Disamping itu jangkauan gerak yang semula terbatas disekitar tanaman tempat ia (ulat) dilahirkan menjadi lebih luas karena kupu-kupu dapat terbang dengan leluasa.

Sementara perubahan menyeluruh dimaksudkan sebagai perubahan dalam semua aspek organisasi secara terpadu baik aspek manusianya maupun aspek pengelolaannya yang diselaraskan dengan perubahan visi, misi, nilai dan strategi yang dirumuskan ulang menjadi The Winning Formula. Demikian pula halnya dengan semua aspek dan sistem manajemen, seperti manajemen perencanaan, operasi, SDM, pemasaran, keuangan dan lain-lainnya harus ditata ulang.


Oleh karena itu proses transformasi melingkupi dan meliputi berbagai jargon-jargon perubahan seperti reinventing, re-engineering, redefinition, dan berbagai re yang lain yang menjadi satu secara terpadu serta komprehensif.

Sebagaimana pada metamorphosis ulat menjadi kupu-kupu, perubahan transformasional juga menuntut adanya masa transisi yang cukup namun tidak terlalu lama dan dimulai ketika sedang berada pada kondisi puncak. Persoalannya adalah kapankah kondisi puncak itu?

Godaan yang sering menjerumuskan adalah pikiran bahwa sekarang belum saatnya karena masih bisa meningkat. “Jangan-jangan ini terlalu awal”, atau “Kita harus menunggu sesaat lagi, satu periode lagi”, dan berbagai kilah lainnya dan seterusnya.

Sebagai referensi dapat ditelaah para tokoh beserta organisasi yang dipimpinnya antara lain Jack Welch, mantan CEO General Electric yang sukses dengan perubahan-perubahan mendasar ketika GE sedang hebat, atau juga Mahathir Muhammad mantan Perdana Menteri Negara tetangga Malaysia, yang mundur melepaskan jabatannya saat Negara itu sedang jaya.

Sebaliknya perhatikan juga merosotnya IBM di tahun 1980-an yang ketika itu nama besarnya identik dengan komputer, atau kejatuhan banyak organisasi dan tokoh terkemuka dengan meninggalkan nama yang terhinakan, karena selalu merasa masih bisa berkuasa satu atau dua periode lagi.

Konsep Pikir TOWS, bukan SWOT

Program Transformasi Organisasi dan Bisnis mensyaratkan perubahan paradigma dan konsep berpikir yang baru (lihat Prasyarat Sukses dan Grand Scenario) yang pada umumnya justru bertolak belakang dengan apa yang selama dianut dalam Era Industrial. Tentang Era Industrial dan Era Informasi bisa anda baca di Tiga Tsunami disini. Salah satunya adalah konsep berpikir TOWS yang dapat dikatakan bertolak belakang dengan konsep SWOT yang selama ini dianut umum dalam praktek-praktek manajemen.

Konsep TOWS (Threats & Opportunities, and Weaknesses & Strengths) adalah pendekatan model SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportnityies, and Threats) dengan konsep berpikir yang secara prinsipil sangat berbeda bahkan bertolak belakang dengan SWOT. Dalam konsep SWOT, hal pertama yang dilakukan adalah melihat posisi organisasi saat ini dalam hal kekuatannya maupun kelemahannya. Modal dasar kekuatan dan kelemahan tersebut lalu digunakan untuk memperkirakan apa saja opportunities (peluang) ataupun threats (ancaman) untuk kemudian menempatkan posisi masa depan yang mungkin diraih atau dianggap “realistis”.

Sedangkan pada konsep TOWS adalah sebaliknya, yakni yang pertama dilakukan adalah menempatkan posisi masa depan (visi) dengan melihat Threats ataupun Opportunities hanya sebagai ‘peluang semata’ lalu melihat Weaknesses dan Strengths kondisi saat ini untuk kemudian menarik garis USAHA dengan menghubungkan antara visi dan kondisi saat ini.

Penempatan visi atau tujuan pada langkah pertama merupakan perwujudan dari cara berpikir “Memulai Dari Akhir” atau “End In Mind” concept, yakni cara berpikir yang berdasarkan hukum alam dengan beracuan pada tujuan sebagai titik awal sebelum melakukan perencanaan dan melangkah.

Perbedaan konsep SWOT dan TOWS bukan hanya terletak pada cara melakukannya yang berlawanan tetapi lebih mendasar pada perbedaan paradigma yang berlawanan. Berikut ditampilkan perbedaan antara kedua pendekatan tersebut:

SWOT

TOWS

1

Paradigma

· Berdasarkan Pengalaman

· Peluang >< style="mso-spacerun:yes">

· End In Mind

· Peluang = Ancaman

2

Langkah

1. Kekuatan & Kelemahan (SW)

1. Peluang dari OT

2. Peluang & Ancaman (OT)

2. Kekuatan & Kelemahan (SW)

3. Garis Ekstrapolasi

3. Garis USAHA


Konsep End In Mind membawa pula cara berpikir tidak menggunakan pengalaman masa lalu sebagai cara yang harus dipertahankan, justru berkonsekwensi harus melepaskannya jika ingin mencapai tujuan yang lebih besar dari pola ‘ekstrapolasi’. Pola ekstrapolasi adalah cara menetapkan tujuan atau target masa depan dengan menarik garis trend (kecenderungan) berdasarkan data masa lalu. Berikut digambarkan perbedaan pola ekstrapolatif dengan pola End In Mind:


Jelas kiranya bahwa dalam rangka melakukan perubahan yang bersifat Mendasar, Strategik dan Menyeluruh maka seyogyanyalah menggunakan paradigma End In Mind.

KRITERIA PERFORMANCE EXCELLENCE (Metoda Baldrige)

Kriteria Performance Excellence (Metoda Baldrige) adalah alat untuk mengetahui posisi kemajuan organisasi atau perusahaan anda dalam menuju visi perusahaan/organisasi. Metoda ini memungkinkan anda megetahui secara rinci kekuatan – kekuatan organisasi/perusahaan dan peluang-peluang untuk meningkatkannya. Kriteria-kriteria di dalam metoda ini merupakan suatu set harapan-harapan organisasi/perusahaan serta tuntutan-tuntutannya yang menjadi faktor penentu sukses organisasi/perusahaan.

Jumlah kriteria kurang lebih 100 pertanyaan yang dikelompokkan di dalam Profil Organisasi (Organization Profile) dan 7 katagori. Profil Organisasi adalah gambaran umum organisasi/perusahaan berupa hal-hal utama yang mempengaruhi bagaimana anda menjalankan organisasi/perusahaan, serta tantangan-tantangan utama yang dihadapi.

Ketujuh Katagori criteria untuk bisnis adalah:

  1. Leadership (Kepemimpinan)
  2. Strategic Planning (Perencanaan Strategik)
  3. Customer and Maket Focus (Perhatian pada Pelanggan dan Pasar)
  4. Information and Analysis (Informasi dan Analisa)
  5. Human Resource Focus (Perhatian pada SDM)
  6. Process Management (Pengelolaan Proses)
  7. Business Results (Hasil Usaha)
Framework Baldrige Performance Excellence secara sistem digambarkan sbb:


Kriteria untuk lembaga pendidikan dan kesehatan serupa dengan kriteria untuk dunia usaha tetapi menggunakan bahasa dan istilah yang disesuaikan dengan kedua sektor tersebut.

Katagori 1 sampai dengan 6 menanyakan informasi tentang proses-proses kunci dan bagaimana jalannya, atau hal-hal kunci mengenai rencana, tujuan, sasaran, ukuran dan temuan-temuan.
Katagori 7 menanyakan kinerja organisasi pada area-area utama dan perbandingannya dengan pesaing.

Ke 7 Katagori beserta Organizational Profile diperinci dalam Item, dan Item-item tersebut diperinci lebih jauh menjadi Area to Address . Setiap Area to Address berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab oleh organisasi/perusahaan.

Berikut ini contoh sebuah Criteria Item:

Klik untuk melihat juga 5 Alasan dan Manfaat Penggunaan Metoda Baldrige.


It amazes me that U.S. businesses spend so much money on ‘how to’ books and coursework to teach leaders how to build successful organizations. My recommendation: implement the Baldrige-based Criteria into your business. No other single document can help build a long-term successful organization.

Jerry R. Rose, Former President Sunny Fresh Foods. 1999 Award Recipient

PENGGUNAAN METODA BALDRIGE

Setiap organisasi dapat menggunakan Metoda Baldrige untuk menggkaji dan melakukan perbaikan kinerjanya. Tanpa memandang jenis maupun besarnya organisasi, metoda ini dapat menolong anda memadukan sumber daya, memperbaiki komunikasi, meningkatkan produktifitas, efektifitas, dalam mencapai tujuan-tujuan strategis organisasi.

Setiap tahun di AS, lebih dari 800.000 kopi metoda Baldrige didistribusikan kepada organisasi-organisasi bisnis, pendidikan dan kesehatan dan digunakan untuk berbagai keperluan. Berikut ini beberapa kegunaan Metoda Baldrige :
  • Melatih dan Mendidik organisasi tentang prinsip-prinsip Kinerja Unggul (Performance Excellence). Metoda Baldrige dapat membantu memperbaiki komunikasi dalam organisasi dengan menciptakan kesamaan bahasa untuk pengkajian dan perbaikan kinerja.
  • Melakukan self assessment. Self assessment ini dapat membantu anda mengidentifikasi kekuatan-kekuatan organisasi anda dan peluang-peluang untuk perbaikan, serta mengembangkan rencana aksi (action plan) perbaikannya.
  • Mengikuti berbagai Award organisasi yang mengutamakan kinerja unggul menuju organisasi Berkelas Dunia, Berdaya Saing Tinggi dan sejenisnya.

Di Indonesia metoda ini sudah sering menjadi wacana untuk diterapkan sebagai tools untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan nasional dan bagi BUMN dapat dipakai untuk mengikuti BUMN AWARD (semoga segera terealisir), karena diam-diam telah mulai anyak organisasi yang menggunakannya sebagai alat pemotret postur organisasi yang terpadu dan komplet.

Bila perusahaan anda adalah perusahaan AS, anda dapat menggunakannya untuk mengikuti Baldrige Award. Untuk ini anda akan menerima laporan feedback detil dari asesor independen yang terdiri dari para ahli yang terlatih.

Tentang Kriteria Performance Excellence dapat dilihat disini. Tentang Mengapa Memilih Metoda Baldrige dapat dibaca disini.

MENGAPA MEMILIH METODA BALDRIGE

Tidak mudah bagi sebuah organisasi untuk memilih dari begitu banyak metoda Penilaian dan Perbaikan Kinerja Manajemen yang sesuai dengan kebutuhannya. Apa yang membuat Metoda Baldrige berbeda dengan yang lain?

Ada 5 alasan untuk memilih Metoda Baldrige sebagai Kerangka Kerja Penilaian dan Manajemen Kinerja organisasi atau perusahaan anda, yaitu:
  1. Metoda Baldrige menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan tanpa “memaksakan”. Setiap organisasi didorong untuk mengembangkan pendekatan yang fleksibel dan kreatif sesuai dengan kebutuhan organisasi serta menunjukkan hubungan sebab-akibat antara pendekatan tersebut dengan hasilnya.
  2. Metoda Baldrige bersifat Inklusif. Sementara metoda lain hanya tertuju pada satu aspek seperti Kepemimpinan, Perencanaan Strategik ataupun Manajemen Proses, metoda Baldrige menggambarkan kerangka kerja manajemen yang terpadu yang melingkupi semua faktor organisasi, operasinya dan hasilnya.
  3. Metoda Baldrige focus pada kebutuhan pada umumnya, bukan pada prosedur, alat atau teknik tertentu. Usaha-usaha perbaikan yang lain (misalnya ISO, Six Sigma, atau Akreditasi lainnya) dapat diintegrasikan ke dalam system manajemen performansi organisasi dan dimasukkan sebagai bagian dari jawaban yang ada dalam salah satu criteria metoda Baldrige.
  4. Metoda Baldrige dapat disesuaikan. Metoda ini dapat digunakan oleh perusahaan besar maupun kecil, lembaga pendidikan dan kesehatan, lembaga pemerintah ataupun nirlaba, serta organisasi yang memiliki satu lokasi hingga ke seluruh dunia.
  5. Metoda Baldrige paling mutakhir dalam penyesuaian praktek-praktek manajemen bisnis terkini. Secara reguler metoda ini diperbaiki untuk memenuhi tuntutan perkembangan strategi pencapaian kinerja bisnis, kebutuhan stakeholder, serta mengakomodasi kebutuhan dan prakterk-praktek baru organisasi bisnis yang sangat dinamis.
Simak fakta yang dilansir dari NIST (National Institute of Standards and Technology) Badan Nasional AS yang menyelenggarakan pemberian awards untuk organisasi yang memiliki Performance Excellence, dan sengaja dikutip persis aslinya:

IT PAYS OFF: Baldrige Index Consistently Outperforms the S&P 500. The “Baldrige Index,” a hypothetical stock fund made up of U.S. companies that received the Baldrige Award, has historically outperformed the S&P 500 by approximately 4 to 1. (S&P: Standard & Poor's red)

Tentang Kriteria Pengukuran Performance Excelence Baldrige bisa dilihat disini

Slogan Transformasi

Klik banner untuk penjelasannya

CHANGE or PERISH!!

IMPROVEMENT STARTS WITH I


ADD VALUE OR ELSE !!


IF AIN'T BROKE, FIX IT ANYWAY !!


THINK "AND" NOT "OR"


Think SMALL Keep SIMPLE Act FAST Be FLEXIBLE


KISS - Keep It Simple Stupid


Add Intellectual Capital in Market Value


Every Manager is People Manager


Add Character to Competence Building


Live by the SECOND not the FIRST Curve


CHANGE is a RULE, Not an OPTION

Langkah-Langkah Penyelenggaraan Program Transformasi

Keterangan:
  1. Awareness Meeting diikuti oleh Pimpinan organisasi (Direksi atau dengan Dewan Komisaris) untuk mendapatkan komitmen serta menjadi sponsor program perubahan yang mendasar, strategik dan menyeluruh. Lihat juga penjelasan Awareness Meeting disini.
  2. Pelatihan Dasar diikuti oleh para Key Persons (General Manager, Kepala Divisi) dan orang-orang potensial menjadi 'Agen Pembaruan'.
  3. Setelah Pelatihan Dasar, barulah dibentuk Team Transformasi Organisasi (TTO) dan beberapa Kelompok Kerja (POKJA) sebagai pelaku, penggerak dan pengatur perbahan. Lihat penjelasan lebih lanjut disini (Pengorganisasian Kerja)
  4. TTO merumuskan The Winning Formula yang berisi Visi baru, Misi Baru, Values Baru, Strategi Baru, Policy Baru dan Target-Target Strategis guna mencapai Visi Baru dimaksud. Lihat penjelasan The Winning Formula disini.
  5. POKJA masing-masing merumuskan kriteria sukses beserta ukuran-ukuran kuantitatif pada setiap bagian Rumah Sukses Model. Penjelasan tentang The Success Model dapat dilihat disini.
  6. TTO merumuskan The Measurement System sebagai alat monitor kemajuan organisasi menuju kelas dunia. Lihat penjelasan The Measurement System disini.
  7. Ketiga hal diatas TWF, TSM dan TMS dilakukan secara iteratif agar terjalin secara terpadu fokus menuju pencapaian visi baru.
  8. Langkah berikutnya adalah melakukan asesmen dengan menggunakan The Measurement System untuk melihat posisi setiap aspek dalam organisasi beserta ruang perbaikan atau peningkatan.
  9. Kini organisasi telah siap melakukan langkah-langkah aksi perubahan. Bermodalkan Ruang perbaikan POKJA menyusun langkah-langkah aksi terobosan.
  10. Semua aktivitas perubahan disosialisasikan kepada semua anggota organisasi melalui program sosialisasi dan pengebangan budaya organisasi.
  11. Langkah selanjutnya adalah menjaga kesinambungan gerakan perubahan dengan koordinasi oleh POKJA Manajemen Perubahan dan difasilitasi oleh konsultan melalui aktivitas 'Touch Base' secara berkala.

Mengukur Kemajuan Organisasi Menuju Kelas Dunia

Bagian yang sangat penting namun sering diabaikan dalam sebuah pekerjaan yakni mengevaluasi kemajuan pencapaian secara terukur dan tepat sasaran. Sering orang merasa sudah mencapai kemajuan secara umum tetapi tidak mengenali elemen apa saja yang berhasil dengan baik dan mana pula yang kurang berhasil atau gagal. Persoalannya menjadi tidak sederhana bila diingat organisasi terdiri atasan begitu banyak hal yang saling terkait dan memiliki pengaruh masing-masing terhadap kinerja maupun kemajuan organisasi.

Karena itu dalam Program Transformasi sistem pengukuran yang dipergunakan dibuat untuk mampu memberikan gambaran utuh keseluruhan postur organisasi yang secara terpadu diperoleh dari pengukuran setiap elemen-elemen penting organisasi. Metoda yang dipakai mengadopsi dari konsep The Malcolm Baldridge National Quality Award yang dipakai oleh banyak negara maju untuk mengukur tingkat kualitas organisasi dalam skala Kelas Dunia (Performance Excellence).

Kriteria Baldrige untuk Performance Excellence menghadirkan perspektif secara sistemik untuk melihat manajemen kinerja suatu organisasi. Didalamnya meliputi praktek-praktek manajemen mutakhir (selalu di update) yang telah teruji (validated) dan diterima secara luas di dunia internasional sebagai model 'performance excellence'. Kriteria Malcom Baldrige menampilkan kesamaan bahasa yang dipahami antar organisasi sehingga dapat dipakai secara luas dan saling berbagi kesuksesan (Best Practices). Kriteria-kriteria tersebut juga dpakai sebagai dasar dalam penilaian Malcolm Baldrige National Quaity Awards (di AS), dan diadopsi oleh berbgai negara maju seperti Singapura, Australia, Inggris dan banyak lagi.

Berikut adalah kriteria 'performance excellence' yang digunakan untuk Measurement System pada Program Transformasi Organisasi:




Ada 3 kelompok yang ditinjau yakni Driver,System dan Goals. Pada Driver yang menentukan adalah Leadership dari pimpinan organisasi dan bobot kontribusinya cukup siknifikan sebesar 125, sedangkan system secara total menyumbang 4x85 = 340 dan Goals tentu saja menjadi penyumbang terbasar ukuran kemajuan sebuah organisasi dengan kontribusi bobot 535. Pembobotan ini tidak mati' dalam arti untuk organisasi nonprofit bukan keuntungan yang memperoleh bobot terbesar melainkan apa yang menjadi tujuan utama organisasi dimaksud.

Sebuah organisasi dikatagorikan berkelas dunia dalam Malcolm Baldrige Awards apabila mampu meperoleh angka total minimal 700. Dalam upaya menuju pencapaian visi organisasi secara bertahap namun progresif, Program Transformasi Organisasi membuat jenjang sebagai berikut:
  1. Awakening Nilai hasil assesmen sebelum PTO dijalankan
  2. Active Nilai hasil assesmen setahun setelah PTO dijalankan
  3. Breakthrought Nilai hasil assesmen 2 tahun setelah PTO djalankan
  4. BRONZE Nilai 600
  5. SILVER Nilai 675
  6. GOLD Nilai 750
  7. WORLD CLASS Nilai 850
Mengingat di Indonesia belum ada lembaga yang kredibel menyelenggarakan Quality Awards ala Baldrige, maka kajian atas kriteria-kriteria penilaian diatas dilakukan secra mandiri atau Self Assesment. Hal ini dimungkinkan karena metoda Baldrige pada dasarnya adalah self assesment.

Prasyarat Sukses

Prasyarat adalah sesuatu yang mutlak harus tersedia atau terpenuhi utntuk melakukan sesuatu agar berhasil, bahkan sebelum syarat-syarat ditetapkan. Ini berarti prasyarat jauh mendahului sebuah aktivitas, bahkan sebelum perencanaan aktivitas disusun, dan bersifat “one or zero” atau tak ada tawar menawar. Dia harus dipenuhi atau bila tidak, maka aktivitas itu tidak perlu dilakukan sama sekali karena akan gagal. Ibarat ingin menanam beberapa batang pohon mangga, maka prasyaratnya anda harus memiliki sebidang lahan tanah. Tanpa itu, lupakan saja keinginan anda itu (kecuali bila telah dapat menanam pohon mangga secara hydrophonic). Sedangkan syaratnya antara lain tanahnya cukup subur atau bibitnya bagus, dan lain-lain.

Di dalam proses transformasi, pada gambar Grand Scenario terletak sebagai landasan, terdapat empat prasyarat sukses yakni :
  • Rasa Kedaruratan (Sense of Urgency)
  • Komitmen (Commitment)
  • Pergeseran Paradigma (Paradigm Shifting)
  • Standar Kinerja Tinggi (Set High Standard Performance)

Berikut ini dibahas masing-masing butir diatas.

Rasa Kedaruratan
Rasa kedaruratan (sense of urgency) merupakan prasyarat pertama yang harus dimiliki setiap insan organisasi, yang hendaknya ditimbulkan dengan jalan membentuknya secara taktis. Rasa Kedaruratan adalah perasaan mendesak yang membuat seseorang harus melakukan sesuatu agar tidak mengalami hal-hal buruk akibat membiarkan situasi tetap berjalan seperti saat itu.

Ada beberapa langkah yang dapat dipakai untuk membangkitkan rasa kedaruratan orang lain atau diri sendiri, antara lain:
  1. Hadapkan diri dengan kenyataan yang sesungguhnya.
  2. Berikan tantangan apa yang akan terjadi apabila keadaan diatas tetap diabaikan, atau dibiarkan berlanjut.
  3. Ciptakan krisis sebagai terapi kejut dengan membenturkannya pada beberapa kesulitan kecil berupa miniatur bencana bila insan organisasi masih tetap dan terus mengabaikannya.
  4. Berbicara dengan para pihak yang tidak puas, entah itu pelanggan, karyawan, anggota tim, regulator atau stakeholder lainnya.
  5. Kurangi rasa puas diri berlebihan (complacency) dengan memotong berbagai kemewahan yang diberikan selama ini sebagai hasil dari kesuksesan yang telah dicapai.
  6. Pelajari masalah yang ada. Dengan tekun mempelajarinya secara mendalam, segala aspek dari suatu masalah berikut dampak dan akibatnya.
Komitmen
Komitmen, adalah hal krusial yang sering mengalami degradasi pengertian. Komitmen memegang peranan sangat penting bahkan menjadi unsur utama dalam nilai integritas. Kesungguhan tekad atau komitmen dapat anda ukur dengan melihat besarnya alokasi sumberdaya, ketauladanan dan keuletan, penempatannya sebagai prioritas, penunjukan ataupun penyediaan orang yang kompeten, serta konsistensi dalam merinci dan memonitor tindak lanjutnya. Tanpa adanya komitmen yang tinggi proses transformasi niscaya akan layu sebelum berkembang.

Pergeseran Paradigma
Pergeseran Paradigma, adalah prasyarat yang tidak boleh diabaikan. Untuk mampu melihat perspektif lain demi memunculkan ide-ide baru untuk melakukan terobosan, serta melakukan penataan sistem maupun prosedur yang diperlukan dalam proses transformasi, orang harus menggeser paradigma yang dianutnya selama ini.

Dan untuk mampu menggeser paradigma, diperlukan sikap keterbukaan terhadap pengaruh dari luar dirinya, bukan menutup diri karena takut terpengaruh. Para pengelola perubahan transformasional maupun anggota organisasi harus mau dipengaruhi dan belajar menerima sesuatu tanpa membentengi diri dengan kecurigaan yang berlebihan atau tanpa alasan.

Disamping itu, menggeser paradigma juga berarti mau mempelajari hal-hal baru serta tidak bersikap dogmatis (meyakini tanpa syarat dan tidak akan bergeser sedikitpun) terhadap suatu pemahaman. Sikap dogmatis akan membelenggu pola pikir seseorang sehingga akan membawanya kepada keumpuhan paradigma. Video tentang kelumpuhan paradigma bisa anda lihat disini: New Paradigm.

Cara lain untuk menggeser paradigma juga dapat ditempuh dengan mengurangi rutinisme secara drastis, tidak mempertahankan status quo serta berani mencoba cara-cara baru atau minimal yang berbeda.

Standar Kinerja Tinggi
Standar Kinerja Tinggi, adalah prasyarat ke empat yang menentukan keberhasilan proses transformasi. Perlu diingat bahwa hasil akhir proses transformasi adalah perbedaan yang totalitas dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal itu hanya dapat dimungkinkan dengan cara menetapkan standar-standar pencapaian yang tinggi secara siknifikan pada semua aspek.

Standar pencapaian yang tinggi akan memaksa orang mencari cara-cara baru yang belum pernah digunakan. Juga akan memaksa orang meninggalkan pola-pola hidup dan cara berpikir (paradigma) mereka yang lama. Ini berarti penetapan standar kinerja yang tinggi tidak perlu mensyaratkan kondisi sebelumnya, toh memang itu yang harus ditinggalkan.

Orang tidak perlu terpaku pada sumber daya atau modal yang ada ditangan, untuk menetapkan target yang tinggi. Yang diperlukan hanyalah nyali yang hebat yang biasa disebut sebagai Nyali Bintang. Tentang Nyali Bintang silakan baca disini xxxx.

Rumah Organisasi

Sering orang terjebak dalam memandang sosok organisasi secara 'complicated' sehingga terlihat rumit dan menjadi sulit untuk menganalisisnya maupun melakukan perbaikan secara sistematis. Disini kami membuatnya dengan cara pandang yang simpel meski bukan berarti sederhana, dangkal dan kering muatan yang dikandungnya. Kami melihat organisasi seperti gambaran berikut ini:

Rumah Organisasi Program Transformasi
Rumah Organisasi

Ibarat sebuah bangunan rumah, maka pada sebuah organisasi yang akan tampak terlebih dahulu dari kejauhan adalah atapnya. Dan disini atap itu ditunjukkan berupa kinerja dari organisasi yang bersangkutan. Jika organisasi tersebut adalah sebuah perusahaan maka atapnya akan berupa Profit atau Keuntungan Finansial atau Laba. Namun jika organisasi adalah institusi non bisnis maka atapnya bisa berupa Benefit yang dihasilkan oleh organisasi dimaksud kepada stakeholdernya.

Benefit maupun Laba yang dihasilkan oleh organisasi diperoleh melalui 2 Pilar penopang yakni Customer Value dan Business Process. Customer value adalah tiang yang akan menghasilkan Revenue (Pendapatan-organisasi bisnis) atau Benefit (manfaat-organisasi non bisnis), sedangkan Business Process adalah tiang yang menggambarkan segala aktivitas dan proses yang perlu dilakukan oleh organisasi untuk menghasilkan produk/jasa dalam rangka menjalankan misi organisasi. Tentang konsep dan filosofi Customer Value dan Business Process bisa anda baca disini xxxx.

Kehebatan dari Customer Value maupun Business Process sangat ditentukan oleh lantai Innovation dan Renewal (inovasi dan perbaikan) yang dilakukan oleh organisasi. Kemajuan sebuah organisasi pada hakekatnya ditentukan oleh lantai rumah yang memiliki cukup ruang untuk berkreasi menciptakan inovasi-inovasi baru baik demi kepuasan pelanggan maupun untuk menghasilkan aktivitas-aktivitas yang efektif, efisien dan smart. Tentang Smart Business Process dapat anda baca disini xxxx.

Perlu diingat bahwa Customer Value, Business Process, serta Innovation & Renewal dihasilkan oleh People, manusia sang penghuni rumah! Tanpa SDM sebagai Human Capital yang handal, kedua pilar akan menjadi rapuh dan lantai rumah akan kusam berdebu. Karena itu disini ada dua elemen penting dalam lingkaran People sebagai Human Capital yakni elemen Kompetensi (teknis dan karakter) dan elemen Iklim Kerja (leadership, system development & system treatment). Tentang Smart People dapat anda baca disini xxxx.

Terakhir, adadah bagian rumah yang paling menentukan kokoh tegaknya bangunan yakni Pondasi rumah organisasi yang berwujud Culture atau Bdaya Organisasi. Tanpa budaya organisasi yang mendukung, maka Customer value, Business Process, Innovation & Renewal yang baik dan berujung pada Performansi organisasi yang hebat, tidak akan mampu dihasilkan oleh People meskipun mereka secara individu handal. Tentang membangun Organization Culture (budaya organisasi) dapat anda baca disini xxxx.

Catatan: Jika link masih tertulis dengan xxxx, berarti artikel diaksud masih dalam proses pengerjaan. Saya Mohon maaf atas ketidaknyamanan tersebut. - Hillon I. Goa

The Success Model

The Success Model adalah bagian kedua dari The Vehicle atau 3 aktivitas utama yang menggambarkan segala kriteria dan ukuran dari aspek-aspek manajemen yang dinilai siknifikan dalam menentukan tonggak-tonggak pencapaian visi baru melalui program transformasi organisasi. Perlu ditekankan disini bahwa sebagai tonggak, kriteria-kriteria tersebut diengkapi dengan ukuran-ukuran kuantitatif yang mengarah secara tegas menuju pada pencapaian visi organisasi VTC.

Agar mudah melihatnya, maka kriteria-kriteria The Success Model ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok yang terdapat pada Rumah Organisasi sebagai berikut :


Proses penentuan kriteria dan ukuran sukses dilaksanakan oleh TTB dan POKJA (lihat juga Pengorganisasian Kerja Tim Transformasi Organisasi) sebagaimana flowchart berikut ini:
Penentuan kriteria sukses dilakukan terlebih dahulu secara keseluruhan baru kemudian menentukan ukuran-ukuran sukses ada setiap kriteria. Ini dimaksudkan agar terpadu dan tidak ada kriteria penting yang tertinggalkan, atau sebaliknya redundan (dobel atau berlebihan). Dengan melakukan 3 sampai 4 kali iterasi dalam menentukan dan memadukan dari setiap elemen dan aspek-aspek Customer Value, Business Process, Innovation & Renewal serta People agar mengarah kepada High Performance secara holistic, TTB menetapkan kriteria-kriteria suksesnya.

Sebagai contoh, berikut disampaikan beberapa kriteria yang sering digunakan dalam sejumlah program transformasi organisasi:

1. FINANCIAL CRITERIA (High Performance):
  • Total Assets (Rp)
  • Total Assets/Employee (Rp)
  • Revenues/Total Assets (%)
  • Profit/Total Assets (Rp)
  • Revenues/Employee (Rp)
  • Profits/Employee (Rp)
  • Value Added/Employee (Rp)
  • Value Added/Customer (Rp)

2. CUSTOMER CRITERIA (Customer Value):
  • Market Share (%)
  • Number of Customer (#)
  • Annual Sales/Customer (Rp)
  • Customer/Employees (Rp)
  • Satisfied Customer Index (%)
  • Service Expense/Customer/year (Rp)
  • Service Expense/Customer/Contact (Rp)
  • Number of Customer Complaint (#)
  • Customer Lost (#)
  • Ratio of Sales Contact to Sales Closed (Rp)

3. BUSINESS PROCESS CRITERIA :
  • Processing Time/Payment (#)
  • Contracts Filed without Error (#)
  • PCs and Laptops/Employee (#)
  • Network Capability/Employee (#)
  • Administrative Expense/Total Revenue (Rp)
  • On Time Delivery (#)
  • IT Expense/Employee (Rp)
  • Equipment Utilization/Year (%)

5. INNOVATION & RENEWAL CRITERIA :
  • Competence Development Expense/Employee (Rp)
  • Share of Training Hours (%)
  • Share of Development Hours (%)
  • R & D Expense/Administrative Expense (%)
  • Training Expense/Administrative Expense (%)
  • Opportunity Share (Rp)
  • Market Share Growth (%)
  • New Technology (Rp)

5. PEOPLE CRITERIA :
  • Employee Satisfaction Index (%)
  • Average Take Home Pay (Rp)
  • Training/Employee (# hours)
  • Employee Turn over (%)
  • Empowerment Index (%)
  • Annual Cost Full Time Permanent Employees/ Employee (Rp)
  • Time in Training (Days/Year)
  • Leadership Index (%)
  • Percentage of Company Managers with Advanced Degrees: o Business (%), o Advanced Science and Engineering Degree (%), o Advanced Liberal Arts Degree (%)
  • Annual Cost of Training & Support Programs for Full Time Employees/Employee (Rp)

Kriteria-kriteria harus dilengkapi dengan ukuran-ukuran yang menantang dan mengarah kepada pencapaian visi baru, yang telah tercantum dalam The Winning Formula. Silakan lihat The Winning Formula disini.

The Winning Formula

The Winning Formula adalah rumusan baru atas hal-hal yang paling mendasar dari sebuah organisasi, yang akan menentukan "destiny" dari organisasi yang bersangkutan. Hal itu karena The Winning Formula berisi 5 hal yang menjadi acuan seluruh perencanaan dan gerak organisasi yakni Visi (Vision), Misi (Mission), Tata Nilai (Values), Strategi (Strategy), Kebijakan (Policy) dan Target-Target Strategik Strategic Targets).

Agar tidak menimbukan kerancuan, berikut disampaikan pengertian aspek-aspek dalam The Winning Formula yang dianut dalam Program Transformasi Organisasi sebagaimana berikut ini:
The Winning Formula dihasilkan dari proses Envisioning dalam rangka menemukan masa depan organisasi (Reinventing the organization). Dalam Program Transforasi Organisasi, perumusan The Winning Formula mutlak harus dilakukan pada kali pertama progam dijalankan, bahkan sudah harus ada pada tahap perenacanaan.

The Vehicle: 3 Aktivitas Utama

Dalam Program Transformasi Bisnis ada 3 Aktivitas Utama yang merupakan induk dari segala perencanaan dan aktivitas dalam sebuah organisasi, yakni terdiri atas The Winning Formula, The Success Model dan Measurement System. Tanpa memiliki ketiga aktivitas utama tersebut organisasi akan berjalan tanpa tujuan dan arah yang jelas, tanpa ukuran-ukuran pencapaian serta tanpa mengetahui perkembangan kemajuan yang telah diraih.

Ke 3 Aktivitas Utama tersebut digambarkan dalam bentuk lingkaran yang didorong oleh seseorang pada gambar Grand Scenario. Dalam bentuk besarnya seperti terlihat berikut ini :

The Vehicle Program Transformasi
Lingkaran tersebut adalah ibarat kendaraan yang harus dijalankan meniti perjalanan menuju visi baru, dan disebut dengan istilah The Vehicle. Lihat Grand Scenario disini.

Team Transformasi Organisasi


Salah satu syarat dalam Program Transformasi Organisasi yakni adanya PELAKU perubahan sebagaimana tercantum dalam Grand Scenario. Tanpa menyiapkan pelaku perubahan secara khusus jangan pernah berharap perubahan akan terjadi, bahkan rencananya pun mungkin tidak ada.

Mengingat tingginya kompleksitas pekerjaan di dalam program transformasi, maka perlu disiapkan team kerja yang kuat dan fokus pada suatu aspek tertentu agar diperoleh telaahan dan rumusan yang dalam dan mengena. Sesuai dengan aspek-aspek perubahan yang harus dilakukan dengan target-target yang menantang seperti terlihat pada The Success Model, maka pengorganisasian kerja Transormasi dibagi dalam Team Transformasi Bisnis (TTB) dan Kelompok Kerja (POKJA) sebagai berikut :

Pada dasarnya pengorganisasian diatas dimaksudkan lebih kepada fokus dan kedalaman analisa maupun rumusan-rumusan rencana detil elemen-elemen pada masing-masing aspek yang menjadi tanggung jawab setiap Kelompok Kerja (POKJA) dengan bertumpu pada keselarasan skenario utama yang ditetapkan oleh Team Transformasi Bisnis (TTB). Rencana-rencana detil tersebut haruslah bermuara pada kriteria serta ukuran-ukuran kuantitatif yang menantang (set high target) agar mengarah kepada pencapaian Visi maupun Stepping Stone.

Rincian Tugas dan Tanggung jawab masing-masing fungsi diatas harus dirumuskan dengan tegas dan benar-benar berisi langkah-langkah nyata. Selain itu POKJA harus memiliki misi yang jelas dan didasari dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan Kurva Kedua kehidupan organisasi.

Jika anda ingin mengetahui lebih rinci tentang misi dan prinsip-prinsip setiap POKJA silakan hubungi kami melalui email hillon@consultant.com

Bagaimana Memulai Program Transformasi Organisasi

Memulai Transformasi
Perlu ditekankan bahwa Program Transformasi Organisasi adalah sebuah program perubahan, terlebih lagi merupakan perubahan yang mendasar strategik dan menyeluruh! Karena itu langkah pertama dan utama adalah pergeseran paradigma (paradigm shifting). Hal ini sesuai dengan hukum alamnya yakni :
Thought leads to actions

Action influences behaviors

Behavior shapes destinies


Sejalan dengan hal diatas, maka cara yang paling tepat untuk memulai Program Transformasi Organisasi adalah dengan melakukan 'Awareness Meeting' terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran utuh tentang Apa, Mengapa, dan Bagaimana Program Transformasi Organisasi di lingkungan anda dapat dijalankan. Disamping itu untuk mendapatkan komitmen dari pimpinan organisasi untuk mendukung dan menjadi 'sponsor' program perubahan ini.

Agenda Awareness Meeting meliputi:


1. Tuntutan Era Ekonomi Gelombang Ke Tiga

  • Paradigma Era Industri VS Era Informasi (World 2,0)
  • Respons Individu dan Organisasi
  • Paradoks Organisasi (Bisnis & Publik) di Indonesia
  • Towards New Destiny (Word Class Organization)
2. Program Transformasi Organisasi
  • What & Why
  • Perubahan Mendasar, Strategik dan Menyeluruh
  • The Grand Scenario
  • The Winning Formula
  • The Success Model
  • The Measurement System
3. Bagaimana Melakukannya (How)
  • Langkah-langkah Sistematis dan terpadu
  • Jadwal Kegiatan Team dan POKJA
  • Where do I begin?
Diagram Langkah-langkah Program Transfomasi Organisasi selengkapnya dapat dilihat disini.




Setelah memahami dengan utuh Program Transformasi Organisasi barulah kemudian diputuskan apakah siap dan mau melakukannya atau tidak. Hal ini agar tidak hanya terjebak pada fashion semata, tetapi the real change yang memang benar-benar dibutuhkan baik untuk survive maupun agar menjadi unggul.

Untuk melakukan Awareness Meeting silakan kontak kami melalui email: hillon@consultant.com atau telpon 08129323182, 0816994072, 08159080098 . Contact person: Hillon I. Goa, Hanibal Takashi, atau Nelvis Asmara.

Grand Scenario

Grand Scenario adalah gambaran menyeluruh garis-garis besar Program Transformasi Organisasi dan merupakan Panduan Utama setiap langkah perencanaan dan eksekusi perubahan dalam proses transformasi.

Grand Scenario hendaknya mencakup hal-hal berikut ini agar fungsinya sebagai panduan utama Program Transformasi tercapai:

PENJURU yang JELAS

HOLISTIK dan TERPADU

TAHAPAN yang JELAS

LANGKAH-LANGKAH yang PASTI

ASPEK/OBYEK PERUBAHAN

UKURAN SUKSES

PELAKU PERUBAHAN

Pola induk Grand Scenaro adalah Formula LI 5-4-3-4-6-4 yang menggambarkan perlunya Leadership yang Kuat, Insan Pelaku Perubahan, 5 Modul Pembaruan, 4 Kompetensi Baru, 3 Aktivitas Utama, 4 Tahap Transformasi, 6 Stepping Stone, dan 4 Prasyarat Sukses.


Sebagai Pola induk, The Grand Scenario menyediakan ruang bagi varian yang sesuai dengan kondisi khusus suatu organisasi. Contoh Varian Grand Scenario Program Transformasi Organisasi yang digunakan dalam SOBAT (Semua Orang Bisa Hebat) digambarkan sebagai berikut:


Bergerak dan majunya proses transformasi diatas ditunjukkan dengan berputarnya roda aktivitas utama (memuat: The Winning Formula, The Success Model dan The Measurement System) yang digelindingkan keatas oleh tim transformasi yang dibentuk khusus untuk melakukan dan memfasilitasi program transformasi organisasi melalui tahap-tahap yang berurutan dan logis yakni tahap kebangkitan (awakening), lalu tahap aktif (active), kemudian tahap terobosan (breakthrough) dan akhirnya tahap menapak jalan (paving the way) menuju organisasi yang hebat.

Setiap gerak roda aktivitas harus pula meniti pada pijakan (stepping stone) yang kuat sebelum beranjak lebih lanjut. Ada enam batu pijakan dalam proses transformasi yakni Raih Momentum (Gain Momentum), Rasa Kedaruratan (Sense of Urgency), Jelas Tujuan (Clear Vision), Koalisi Baik (Good Coalition), Bersih Hambatan (Clear Obstacle) serta Raih Kemenangan Kecil (Gain Small Wins). Dengan begitu maka roda aktivitas akan dapat berjalan dengan tegap, tegar dan mantap, tidak oleng dan mudah jatuh terhenti.

Namun semua langkah diatas tidak akan berhasil apabila prasyarat sukses yakni Sense of Urgency, Perubahan Paradigma, Penetapan Target tinggi serta Komitmen terhadap keberhasilan tidak dipenuhi dengan baik. Sebagai prasyarat, ke empat hal tersebut tidak boleh ditawar. Sebaiknya tidak perlu melangkah lebih jauh jika salah satu dari ke empat prasyarat itu tidak terpenuhi. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang kuat (Strong Leadership) dari para pimpinan dan penggerak perubahan.

Setiap tahap memiliki ciri-ciri dan taraf pencapaian tertentu disertai dengan target-target terukur pada setiap aktivitas yang dilakukan berlandaskan batu pijakannya. Oleh karenanya harus dibuat suatu keterkaitan yang padu diantara elemen-elemen diatas.

Program Transformasi Organisasi dan Bisnis

-------------------------------------------------------
Program Transformasi Organisasi (PTO) Bisnis & Publik telah mulai banyak digunakan oleh berbagai BUMN, Perusahaan Swasta dan Institusi Publik. Model awalnya dikembangkan oleh Harianto Mangkusubroto dan Pusat Dinamis Management Center dan disempurnakan lebih lanjut oleh Hillon I. Goa berdasarkan perkembangan dan kekhasan budaya masyarakat maupun budaya organisasi di Indonesia. Bukan berarti menyesuaikan dengan budaya organisasi - yang semestinya dirubah - tetapi lebih pada strategi perubahan dan pola pendekatan khas manusia Indonesia dalam melakukan perubahan secara mendasar, strategik dan menyeluruh. Terimakasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyempurnaan yang tentunya tak akan berkesudahan...karena dunia selalu akan berubah!
----------------------------------------------------------------------------

Program Transformasi Organisasi


  • Program Transformasi Organisasi (PTO) Bisnis & Publik adalah sebuah METODOLOGI dan PROGRAM KERJA yang sistematis untuk melakukan Restrukturisasi dan Reformasi organisasi bisnis maupun publik secara MENDASAR - STRATEGIK - MENYELURUH menuju visi baru yang dicanangkan.
  • Program Transformasi Bisnis adalah RESEP menggunakan Formula Perubahan LI 54 34 64, yakni:

- Leadership Yang Kuat

- Insan Pelaku Perubahan

- 5 Esensi Pembaruan

- 4 Kompetensi Baru

- 3 Aktivitas Utama

- 4 Tahap Perubahan

- 6 Stepping Stone

- 4 Prasyarat Sukses


  • PTO Bisnis & Publik dirancang secara sistematis sebagai Road-map menuju organisasi unggul dan berkinerja tinggi dengan menggunakan GRAND SCENARIO Towards New Destiny.
  • PTO Bisnis & Publik menggunakan referensi yang tak terbantahkan 'HUKUM ALAM' , Hasil Riset (Iqra) dan PENERAPAN PRAKTEK (Pengalaman sebagai Praktisi dan Konsultan Bisnis & manajemen) di banyak Organisasi dan institusi.
  • PTO Bisnis & Publik adalah ALAT untuk menuju Kurva Kedua KEHIDUPAN BARU (Reinventing The Organization) organisasi anda.

2 kurva Program Transformasi Bisnis